

TAPSEL, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Massa Aliansi Mahasiswa Pemuda Pejuang Rakyat (AMPERA) Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) bentrok dengan massa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Tapanuli Selatan-Padangsidimpuan di Halaman Kantor Bupati Tapanuli Selatan (Tapsel), Senin kemarin (16/9/2019).
Awalnya, massa AMPERA melakukan aksi demo ke Kantor Bupati Tapsel untuk yang ketiga kali nya, terkait dengan pernyataan sikap yang meminta agar Bupati Tapsel H. Syahrul M Pasaribu mengevaluasi dan mengganti Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Tapsel Drs. Parulian Nasution, M.M., karena diduga tidak wajar dalam mempergunakan anggaran APBD Tapsel TA 2018. Diwaktu bersamaan ternyata massa HMI melakukan aksi di tempat yang sama juga di depan kantor Bupati Tapsel, dengan tuntutan yang berbeda dengan massa AMPERA.
Beberapa menit kemudian, tidak diketahui siapa yang memulai kedua massa mulai adu mulut dan sejurus kemudian bentrok fisik terjadi, saling pukul dan lempar botol minuman mineral dan saling kejar-kejaran diantara kedua massa tersebut.
Uan Haleluddin Dalimunthe aktivis Sumatera Utara (Sumut) dan juga kader HMI Cabang Kota Medan, kepada wartawan, Rabu (18/9), ia menyesalkan atas insiden tersebut.

“Kejadian di Tapsel kemarin merupakan catatan kelam terhadap gerakan mahasiswa saat ini, karena mereka telah mempertontonkan sebuah drama komedi kepada publik,” pungkasnya dengan nada kesal.
Menurutnya, perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, pro dan kontra terhadap gerakan itu sudah menjadi hal yang biasa. Namun sangat disayangkan ketika mahasiswa yang digaungkan sebagai harapan masyarakat Indonesia, terpecah belah karena mementingkan keegoisan masing-masing.
“Lucunya lagi sampai ada kata-kata PKI yang dikeluarkan dalam kejadian ini, padahal dulu PKI adalah musuh mahasiswa dan masyarakat.” pungkasnya lagi.
Uan Haleluddin Dalimunthe berharap insiden seperti itu jangan sampai terjadi lagi, karena itu merupakan hal kebodohan yang di pertontonkan kepada publik. “Jangan jadikan sumpah mahasiswa hanya sekedar sumpah,” imbuhnya. (Ril)
